Jumat, 09 Juni 2017

Hijab pakaian yang sangat sopan dan berwibawa

Banyak orang yang berpikiran keliru dengan hijab, Banyak yang berkata bahwa hijab itu mengekang kebebasan bagi wanita. Padahal kita ketahui dalam islam hijab sendiri adalah pakaian yang sangat sopan dan berwibawa yang menjadikan penjagaan bagi seorang waanita. Hijab membeerikan batasan-batasan dalam melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.
Dibenak kalian semua pasti terdapat pertanyaan. Mengapa wanita harus berhijab ??. Pertanyaan ini sangat penting namun jawabannya justru jauh lebih penting. Satu pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang cukup panjang. Jilbab atau hijab merupakan satu hal yang telah diperintahkan oleh sang pembuat syariat. Sebagai konsekuensi jauh kedepan, menyangkut kebahagiaan dan kemaslahatan hidup didunia dan akhirat.
Jadi, persoalan jilbab bukan hanya persoalan adat maupun mode fasion. Jilbab adalah buasana universal yang harus dikenakan oleh wanita yang telah mengikrarkan keimanannya. Mengapa muslimah atau kaum wanita diwajibkan untuk memakai hijab? , seperti yang kita ketahui , aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya, dengan mengenakan hijab hal ini akan menghindarkan kaum perempuan dari fitnah daan anggapan-anggapan jelek tentang dirinya, dengan menggunakan hijab yang menutupi seluruh tubuh sehungga kaum wanita akan lebih dihormati dan disegani dari orang yang melihatnya.
Berbanding tebalik ketika waanita yang tidak menuttupi auratnya, berjalan dengan percaya diri dengan busana yang menjadi bahan perhatian banyak orang, dan tidak jarang buat para lelaki menjadi tergoda karena melihat mereka, jadi tidaklah pantas jika seorang wanita memakai pakaian yang minim.
Dizaman sekarang ini yang sudah serba modern ini, memang tidak mudah memutuskan untuk berhijab atau berjilbab, kamu mungkin berpikiraan memakai jilbab itu akan membuat kamu tidak menarik lagi dimata orang lain khususnya kaum laki-laki. kan banyak tuh orang yag popular karena dia cantik dan seksi. ya a, itu kalau yang kamu cari di dunia ini , untuk apa kamu terpaksa pake hijab. ada juga kasus yang hanya ikut-ikutan pake hijab karena tren berhijab. dan tidak jaarang banyak juga kaum muslimah wanita yang sudah memakai hijab namun masih memakai pakaian yang ketat yang terlihat jelas lekuk tubuhnya, kadang emang agak lucu iya, jika kewajiban itu seperti dibuat main-main.
Bagi sebagian wanita, memang agak sulit dan tidak mudah memutuskan untuk hijrah menggunakan hijab, perlu motivasi agar keteguhan dan keyakinan semakin kuat dengan keputusan tersebut. namun memakai hijab adalah kewajiban yang harus dilakukan, jika kamu adalah seorang muslimah yang beriman smestinya tidak akan rragu-ragu untuk memakai dan sehaarusnya kamu bangga memakai hijab.
            Pasti kalian nggak asing kan sama kalimat, “sholat jum’at membuat tingkat kegantengan meningkat.” Jelas itu pembohongan publik. Kenyataannya sholat jum’at memang wajib bagi pria muslim, selebihnya mitos saja. Bodohnya, banyk diantaramereka mempecayai hal tersebut.
            Nah, jika kaum pria saja percaya sama mitos di atas. bagaimana dengan kaum wanita yang katanya berhijab mampu membuatnya lebih mempesona dari biasnya. Benarkah?? salah satu perintah bagi kuam muslim adalah berhijab,  bukan hanya perintah namun memakai hijab adalah keajiban bagi kaum perempuan untuk menutupi aurat dari pandangan orang lain.


Minggu, 04 Juni 2017

AGAMA DAN GENDER



Islam merupakan agama mayoritas masyarakat dunia, yang dalam pengamalannya bersentuhan langsung dengan fakultas rasional tentang hak-hak kemanusiaan dalam berbagai kepentingan. Sejarah menggambarkan bagaimana penafsiran terhadap agama menjadi komoditas kalangan tertentu tanpa memikirkan akibatnya bagi masyarakat perempuan dan generasinya. Islam yang begitu dimuliakan kemudian dipandang sebagai agama yang meremehkanperempuan. Tentu saja bukan Islam yang salah, tetapi penafsiran terhadap teks Alquran dan matan hadislah yang belum tepat, seiring dengan itu, merupakan tuntutan bahwa umat Islam harusmengamalkan ajaran Islam mereka sesuai kemampuan penafsiran terhadap ajaran Islam yang ada, terlepas dari persoalan kepentingan politik umat dan kepentingan lain dalam sejarahnya.
Pada masa awal kemunculan Islam, memang pernyempurnaan pemahaman belumlah prioritas, karena dakwah Islam yang selalu mendapat tantangan dan perlawanan dari masyarakat non Islam.Setelah ada kelonggaran ruang untuk pengamalannya kemudianpenasiran terreduksi oleh berbagai kepentingan, termasukkepentingan politik yang bias gender dan selalu berorientasi padakelaki-laki-an (male oriented)1.
Hal ini dapat dilahat pada instensnyaperdebatan tentang lekatan patriarkis yang terdapat pada institusi agama. Kenyataan ini pulalah yang membuat sementara pejuang gerakan perempuan (baik laki-laki maupun perempuan) tidak kritis kepada institusi sosial agama. Penafsiran agama yang male oriented membentuk pemahaman danmemberi pengaruh terhadap masalah ketimpangan gender, bahkanhampir semua agama seakan-akan melegitimasi bangunan budaya dan institusi-institusi Islam. Misalnya; ada dalil-dalil yang cukup ampuh memberikan indikasi posisi dan peran laki-laki daripada perempuan yang bias gender.
Salah satu hadis yang biasa digunakan adalah al-mar’atu ra’iyatu fi baiti zaujiha wa waladiha (Perempuan adalah pemimpin dalam rumah suami dan anak-anaknya). Berdasarkan hadis ini, maka perempuan “hanya” berperan dalam urusan domestik bukan diluar rumah. Jadi bangunan budaya dan pemahaman agama seperti ini berpengaruh kuat terhadap terjadinya ketimpangan gender. Keluarga adalah lembaga yang paling berperan dan mempertahankan dan mengaplikasikan hasil bangunan budaya dan pemahaman agama tersebut sehingga benar-benar mengkristal.
Persoalan gender oleh sebagian pandangan umat Islam diasosiasikan sebagai the nature yang tak bisa diubah karena sifatnya yang taken for granted , namun oleh sebagian lainnya justru diasumsikan sebagai the nuture yang dibentuk dan dikondisikan oleh sistem nilai dan budaya yang berlaku di masyarakat sehingga bersifat changeable dariwaktu ke waktu dan dari masyarakat ke masyarakat. Dengan demikian tafsir genderpun dalam pemikiran Islam terderivasi menjadi beberapa pandangan.
Sumber :
Ahmad, Kamaruzzaman Bustamam, Islam Historis, Cet. I; Yogyakarta:
Galanga Press, 2002
Musawa.vol 1 nomor 2 desember 2009;173-190 artikel